Bagaimana Outlook Industri Semen pada 2016?

Berbicara industri semen pada 2016, tentu tidak mudah membuat perkiraan yang tepat. Di tengah perlambatan ekonomi nasional, fluktuasi kurs, serta kejatuhan harga komoditas dunia, industri semen diestimasi tetap tumbuh positif.

Konsumsi semen di Indonesia pada 2016 diestimasi tumbuh 7% seiring perbaikan penyerapan anggaran pemerintah serta ekspektasi pemulihan perekonomian nasional menjadi 5,2% tahun depan, menurut analisis Credit Suisse. Harga jual rata-rata semen diprediksi naik 4% pada 2016, setelah cenderung flat pada 2015, karena persaingan makin ketat dengan adanya pemain baru.

Dengan proyeksi seperti itu, konsumsi semen di Indonesia pada 2016 diestimasi mencapai 64,8 juta ton, tumbuh 7% dibanding proyeksi 2015 sebesar 60,6 juta ton. Konsumsi semen di Indonesia pada tahun ini diprediksi hanya tumbuh 1,1% menjadi 60,6 juta ton, dibanding realisasi tahun lalu 59,9 juta ton. Data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menjelaskan tahun ini diperkirakan terjadi kesenjangan antara kapasitas dan konsumsi nasional.

Dengan adanya penambahan kapasitas dari sejumlah pemain existing dan munculnya pemain baru di industri ini, kapasitas semen nasional tahun ini diprediksi mencapai 79,8 juta ton, meningkat 9,7% dibanding tahun lalu 72,7 juta ton. Dengan demikian, diperkirakan terjadi kelebihan pasokan sekitar 24% atau setara 19,2 juta ton tahun ini.

Berdasarkan data ASI, pertumbuhan konsumsi semen mulai melambat sejak 2011 yang mencapai puncak pertumbuhan dengan catatan pertumbuhan pasar 17,7% secara tahunan. Setelah itu, pasar semen Indonesia pada 2012 tumbuh melambat menjadi 14,5%, dan terus melambat menjadi 5,5% pada 2013, 3,3% pada 2014, dan 1,1% pada 2015 (estimasi).

Manajemen PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dalam materi paparan publik menilai melebarnya selisih antara penawaran dan permintaan semen di pasar domestik disebabkan tingginya pertumbuhan tambahan kapasitas versus pertumbuhan penawaran. Hingga September 2015, volume penjualan domestik Indocement turun 7,5% secara tahunan, sedangkan volume penjualan ekspor tumbuh 22% menjadi 147,4 ribu ton.

Indocement mencatatkan pendapatan Rp 12,88 triliun hingga kuartal III 2015 turun 9% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 14,16 triliun. Laba periode berjalan melemah 14% menjadi Rp 3,2 triliun dari sebelumnya Rp 3,7 triliun.

Manajemen Indocement menilai pasar semen nasional 2015 diperkirakan tumbuh flat jika tren peningkatan permintaan di bulan Oktober saat ini terus berlanjut sampai dengan akhir tahun ini. Diharapkan terjadi pertumbuhan dan volume pasar yang kuat di kuartal IV. Indikasi yang jelas di bulan Oktober akan tren pertumbuhan pembiayaan infrastruktur dengan meningkatnya kebutuhan semen curah. Di sisi lain, terjadi perubahan kondisi pasar dengan masuknya pemain baru. “Kemungkinan terjadinya penekanan biaya lebih lanjut dari devaluasi rupiah,” kutip manajemen Indocement.

Strategi Indocement sebagai produsen terbesar kedua PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), antara lain terus fokus pada stabilisasi margin dengan melakukan penghematan biaya di seluruh lini usaha. Selain itu, Indocement akan melanjutkan penyelesaian P14 (selesai awal 2016)–proyek dengan teknologi terefisien dan terkini dengan tingkat penghematan potensial. Pengurangan belanja modal (capital expenditure/capex) di bagian bisnis non-inti.

Lima Pabrik Baru
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menyatakan lima pabrik baru beroperasi semester II 2015. Dengan demikian, industri semen nasional berpotensi memperoleh tambahan kapasitas produksi sekitar 11 juta ton pada semester II 2015.

Namun, di sisi lain tambahan produksi itu berpeluang membuat pasar nasional kelebihan pasokan (oversupply) menyusul pelemahan permintaan hingga Juli tahun ini.

Widodo Santoso, Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI), mengatakan pada semester II 2015 terdapat lima produsen yang siap mengoperasikan pabrik barunya di sejumlah wilayah di Indonesia. Pabrik baru tersebut antara lain Semen Bosowa dengan kapasitas produksi sebanyak 3 juta ton per tahun, PT Semen Holcim Indonesia Tbk (SMCB) dengan kapasitas produksi sekitar 1,7 juta ton per tahun, Semen Merah Putih 3 juta ton per tahun, Semen Jawa 1,7 juta ton per tahun, dan Anhui Conch Cement sebanyak 1,7 juta ton per tahun.

“Dengan demikian, maka pada semester II tahun ini industri semen akan memperoleh tambahan kapasitas sekitar 11 juta ton,” kata Widodo.

Tambahan kapasitas baru tersebut akan meningkatkan total kapasitas pabrik semen dalam negeri tahun ini menjadi 75 juta ton, melebihi jumlah permintaan semen nasional yang diperkirakan sebesar 62,9 juta ton atau mungkin melemah menjadi 58 juta – 60 juta ton seiring dengan pelemahan daya beli masyarakat saat ini.

“Kondisi oversupply sangat merisaukan para produsen semen. Sehingga kami berharap proyek infrastruktur yang diprogramkan pemerintah bisa segara terealisasi pada semester II ini sehingga bisa sedikit menyerap pasokan yang berlebih,” kata Widodo.

Menurut dia, jika proyek infrastruktur tidak segera berjalan, sementara pabrik baru mulai beroperasi, maka jumlah pasokan semen yang diproduksi di dalam negeri akan semakin besar dan terjadi oversupply hingga 2020. Jika tahun ini kapasitas produksi dalam negeri sekitar 75 juta ton, tahun depan jumlahnya diperkirakan kembali meningkat menjadi 92,8 juta ton dengan beroperasinya beberapa pabrik baru seperti pabrik PT Semen Padang, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR). Sementara permintaan semen nasional pada 2016 diperkirakan hanya sekitar 69 juta ton dengan asumsi permintaan semen tumbuh 8% dengan catatan pembangunan infrastruktur berjalan normal.(*)

Sumber: di sini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Pabrik Tekstil Terbesar di Indonesia

Peta Persaingan Bisnis Mie Instan di Indonesia

Jumlah Perusahaan Industri Kosmetik Bertambah, Persaingan Makin Seru