Memasuki Era Industri Generasi 4.0

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengingatkan pelaku industri dalam negeri agar siap menghadapi era industri 4.0. Era ini menuntut pelaku industri mengubah proses manufaktur dengan mengintegrasikan sistem berbasis online dalam sebuah mata rantai produksi.

Industri 4.0 menjadikan proses produksi berjalan dengan internet sebagai penopang utama. Semua obyek dilengkapi perangkat teknologi yang dibantu sensor, mampu berkomunikasi sendiri dengan sistem teknologi informasi,” kata Menperin dalam keterangannya di Jakarta.

Menperin mengatakan, penggunaan sistem online di industri mampu meningkatkan efisiensi hingga 18%. Dalam waktu lima tahun, ujarnya, sebesar 80% perusahaan akan melakukan digitalisasi dalam rantai nilai bisnis.

Hal itu dipastikan Airlangga, karena berdasarkan hasil studi di Eropa, perusahaan-perusahaan di Benua Biru melakukan investasi mencapai 140 miliar euro sampai dengan tahun 2020 untuk penggunaan aplikasi internet di industrinya. “Di sana, penggunaan internet sudah menjadi sangat penting untuk di sektor industri,” tuturnya.

Karena itu, kata Menperin, pihaknya mendorong penggunaan teknologi online atau internet oleh pelaku industri dalam negeri secara lebih intensif. Salah satu industri yang potensial berkembang melalui aplikasi online adalah industri makanan. Pasalnya, jelas Airlangga, industri makanan saat ini telah berkembang pesat secara regional karena adanya faktor warisan budaya (cultural heritage).

“Dengan adanya aplikasi online, industri makanan dan minuman menjadi lebih berkembang karena didukung kemudahan distribusi dan informasi produk,” ungkapnya.

Sistem informasi online juga membantu industri semakin efisien karena produksi dapat berlangsung secara simultan sesuai informasi kebutuhan dan stok. Beberapa sektor lainnya, seperti industri kosmetik, pupuk, semen, elektronik dan permesinan juga sudah mulai mengadopsi sistem otomasi.

"Keberhasilan mengembangkan industri tersebut akan menjadi patokan industri lainnya,” kata Airlangga.

Kemenperin juga tengah mendorong pelaku industri kecil dan menengah (IKM) agar ikut memanfaatkan perkembangan teknologi untuk memperluas pasarnya.

“Tujuan pemanfaatan pasar digital adalah untuk membuat cost menjadi nol dan efisiensi value chain. Perusahaan e-commerce dalam dan luar negeri juga kita ajak kerja sama untuk mendukung langkah ini,” tutup Airlangga.

Menanggapi hal itu, duniaindustri.com menilai era industri 4.0 memang sudah di depan mata. Pergeseran sedikit demi sedikit akan terus terjadi. Secara garis besar dapat disimpulkan seperti ini; investasi membutuhkan landasan (underlying) aset produktif yang umumnya berbentuk industri. Di sisi lain, industri membutuhkan distribusi, aplikasi, dan investasi untuk terus berkembang.

Inilah mata rantai industri yang bisa mempercepat profitisasi. Kita sebut saja the next generation of industrial super cycle.

Distribusi dan aplikasi dibutuhkan terutama sebagai penghubung antara industri dan konsumen. Dengan demikian tampak jelas alur produk dari mulai hulu hingga hilir.

Dengan adanya era digitalisasi, distribusi yang dahulu dilakukan secara konvensional sedikit demi sedikit bergeser ke arah aplikasi. Penetrasi internet yang diperluas oleh media sosial seakan menyebarkan virus aplikasi dengan kecepatan tinggi.

Kata 'kecepatan' menjadi inti dari lingkaran mata rantai industri ini. Siapa yang paling cepat menggerakkan lingkaran ini dapat memenangkan persaingan di pasar.(*)

Sumber: di sini
* Butuh data industri atau riset pasar, klik di sini

Komentar

  1. terima kasih dan jangan lupa kunjungi ppns.ac.id dan web saya rifqira22.wordpress.com

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Pabrik Tekstil Terbesar di Indonesia

Peta Persaingan Bisnis Mie Instan di Indonesia

Jumlah Perusahaan Industri Kosmetik Bertambah, Persaingan Makin Seru