Kajian Tren Penjualan Obat dan Alkes Pemimpin Pasar

Penjualan Kimia Farma yang mencakup obat, bahan baku, pil KB dan alat kesehatan pada 2016 tumbuh 19,5% menjadi Rp 5,81 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp 4,86 triliun. Menurut laporan keuangan perseroan, kenaikan itu terutama ditopang peningkatan penjualan obat ethical, lisensi, dan narkotika yang tumbuh signifikan sebesar 68% di 2016 menjadi Rp 964 miliar.

Secara rinci, penjualan Kimia Farma dari obat generik produksi entitas anak mencapai Rp 941,6 miliar pada 2016, tumbuh 22% secara tahunan. Sementara penjualan obat ethical, lisensi, dan narkotika yang diproduksi entitas anak tumbuh signifikan sebesar 68% di 2016 menjadi Rp 964 miliar. Penjualan obat over the counter (OTC) juga tumbuh 30% menjadi Rp 267 miliar, demikian juga penjualan bahan baku (minyak nabati, yodium, dan kina) yang meningkat 7% menjadi Rp 226 miliar sepanjang 2016. Namun, penjualan pil KB dan alkes yang diproduksi entitas anak turun 40% menjadi Rp 6,35 miliar.

Di sisi lain, penjualan Kimia Farma dari produksi pihak ketiga juga meningkat terutama untuk obat ethical dan alat kesehatan. Penjualan obat ethical Kimia Farma dari produksi pihak ketiga naik 8,3% menjadi Rp 1,96 triliun sepanjang 2016, sementara penjualan obat OTC relatif stagnan Rp 788 miliar. Kenaikan signifikan terjadi untuk penjualan alat kesehatan produksi pihak ketiga yang naik 58% menjadi Rp 464 miliar. Sementara penjualan obat generik pihak ketiga justru turun tipis 0,3% menjadi Rp 290 miliar.

Pada 2017, Kimia Farma menargetkan penjualan sekitar Rp 7 triliun. Direktur Utama Kimia Farma Rusdi Rosman mengatakan pihaknya berharap penjualan dapat mencapai lebih dari target itu.
Menurut Rusdi, penjualan perusahaan ditopang oleh sejumlah lini usaha. Salah satunya penjualan garam farmasi dimana pembangunan pabrik itu di Watudakon, Jombang, Jawa Timur telah diselesaikan oleh Kimia Farma.

Untuk mendukung target perusahaan itu, Kimia Farma berencana menganggarkan belanja modal sekitar Rp1 triliun pada 2017 atau lebih tinggi dibandingkan dengan anggaran Rp 958 miliar pada 2016.

Ekspansi Apotek
Kimia Farma melalui anak usahanya PT Kimia Farma Apotek manargetkan membangun 100 gerai baru di seluruh Indonesia tahun 2017. “Ya betul. Anggaran ekspansi kami siapkan investasinya sekitar Rp20 miliar,” kata Dirut PT Kimia Farma Apotek Imam Fathorrahman.

Menurut Imam, jika rencana tersebut terealisasi maka pada tahun ini total gerai atau apotek Kimia Farma di seluruh Indonesia menjadi 1.000-an unit, mengingat hingga saat ini sudah ada 900 gerai di seluruh Indonesia.

“Dari 900-an gerai tersebut, total omzet penjualan obat-obatan tahun lalu diperkirakan mencapai Rp1,3 triliun,” katanya.

Namun, Imam belum merinci lokasi dan sebaran gerai baru tersebut, di luar Pulau Jawa atau lainnya. Perseroan juga akan memasuki pasar transaksi elektronik (e-Commerce). “Pemilik telepon pintar saat ini sudah mencapai 126% dari total penduduk, dan internet sendiri sudah 52%. Ini pasar e-Commerce luar biasa,” katanya.

Ia mengatakan, pada tahap awal, perseroan akan membidik pasar Jabodetabek dan bekerjasama dengan layanan belanja pesan antar Go-Mart. “Intinya melalui layanan ini, kami bisa diakses pelanggan di wilayah Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Bali, dan Makassar dengan lebih dari 250 pilihan lokasi apotek kami. Silakan pelanggan bisa akses kami di www.kimiafarmaapotek.co.id,” kata dia.(*)

Sumber: di sini

* Butuh riset pasar dan data industri, total ada 130 database, klik di sini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Pabrik Tekstil Terbesar di Indonesia

Peta Persaingan Bisnis Mie Instan di Indonesia

Jumlah Perusahaan Industri Kosmetik Bertambah, Persaingan Makin Seru