15 Direktori Digital Perusahaan di 20 Sektor Industri

Duniaindustri.com (September 2020) -- Beradaptasi dengan kondisi pandemi Covid-19 yang telah berjalan hampir 7 bulan di Indonesia tentu membutuhkan strategi ekstra dan kemampuan marketing yang fleksibel dalam menentukan prioritas keberlangsungan usaha. Untuk itu, pelaku industri butuh dukungan yang akurat untuk memulai strategi penetrasi pasar untuk memperluas jaringan pemasaran.


Sebab, strategi memperluas jaringan pemasaran menjadi salah satu metode efektif untuk menggaet konsumen korporasi baru, sekaligus membentuk ekosistem di sisi pengguna. Terlebih lagi saat ini 15 dari 100 perusahaan terpaksa melakukan strategi diversifikasi usaha untuk bertahan dalam kondisi pandemi.

Untuk membantu strategi marketing dan penetrasi pasar, Duniaindustri.com, startup big data yang fokus pada pengembangan industri, memiliki lima belas kumpulan database direktori spesifik yakni 1. Database Direktori 391 Perusahaan Infrastruktur Pelabuhan, Bandara, Jalan Tol, dan Transportasi; 2. Database Direktori 448 Perusahaan Bank dan Lembaga Pembiayaan; 3. Direktori Database 460 Perusahaan Investasi dan Reksadana, 4. Database Direktori 418 Perusahaan Konstruksi di Indonesia; 5. Database Direktori Spesifik 450 Perusahaan Kimia, Petrokimia, dan Plastik (Update 2020); 6. Database Direktori Spesifik 311 Perusahaan Semen dan Bahan Bangunan (Update 2020); 7. Database Direktori Spesifik 274 Perusahaan Ritel Modern (Update 2020); 8. Database Spesifik Direktori 200 Perusahaan Kosmetik (Profil Top 10 Perusahaan Kosmetik Terbesar); 9. Database Direktori 203 Perusahaan Makanan Minuman (Profil Produk dan Market Share); 10. Database Direktori 364 Perusahaan Farmasi, Obat, Alat Kesehatan di Indonesia; 11. Database Direktori 845 Perusahaan Kendaraan Bermotor; 12. Database Direktori 935 Perusahaan Elektronik di Indonesia; 13. Database 1.452 Direktori Perusahaan Tekstil dan Garmen; 14. Database 165 Direktori Perusahaan Baja di Indonesia; 15. Data Buyer Agent Tekstil Terbesar dan Representative Office di Indonesia.

Saat ini lebih dari 205 data historis industri dari berbagai sektor industri manufaktur (tekstil, agro, kimia, makanan-minuman, elektronik, farmasi, otomotif, rokok, semen, perkapalan, dan lainnya), komoditas, pertanian, perkebunan, sumber daya mineral, logistik, infrastruktur, konstuksi, properti, perbankan, reksadana, media, consumer, hingga makro-ekonomi, menjadi kumpulan database di duniaindustri.com sebagai acuan persaingan pasar di sektor industri secara luas.

Duniaindustri.com menyediakan indeks data industri yang bisa didownload user untuk memberikan gambaran atau acuan perkembangan sektor industri tertentu, guna mencermati persaingan pasar. Diharapkan dengan ratusan database spesifik dan lima belas direktori digital, pelaku industri dapat terbantu untuk mampu bertahan di kondisi ekstrem akibat pandemi.

Mengutip “Laporan Analisis Hasil Survei Dampak Covid-19 terhadap Pelaku Usaha” yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), September 2020, sebanyak 8,67% perusahaan berhenti beroperasi, 5,45% perusahaan beroperasi dengan penerapan work from home (Wfh) untuk sebagian pegawai, 2,05% perusahaan beroperasi dengan WfH untuk seluruh pegawai.

Sementara 24,31% perusahaan beroperasi dengan pengurangan kapasitas (jam kerja, mesin, dan tenaga kerja), 0,49% perusahaan beoperasi bahkan melebihi kapasitas sebelum Covid-19, 58,95% perusahaan beroperasi seperti biasa.

“Laporan Analisis Hasil Survei Dampak Covid-19 terhadap Pelaku Usaha” merupakan hasil survey BPS yang dilakukan sepanjang 10-26 Juli 2020 terhadap 34.559 responden. Secara umum, 6 dari setiap 10 perusahaan masih beroperasi seperti biasa.

Pada 5 provinsi dengan kasus Covid-19 tertinggi (Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Jawa Barat), secara rata-rata ada sebanyak 5 dari setiap 10 perusahaan masih beroperasi seperti biasa. Di DKI Jakarta, 29,56% perusahaan masih beroperasi seperti biasa, di Jawa Timur paling tinggi 58,2% perusahaan beroperasi biasa, disusul Jawa Tengah 55,05% perusahaan beroperasi biasa.

Dilihat dari sektornya, sekitar 77 dari setiap 100 perusahaan di sektor pengadaan air dan pengelolaan limbah, pertanian, peternakan dan perikanan, serta real estat masih beroperasi seperti biasa. Yang paling rendah adalah jasa pendidikan, hanya 27,29% yang beroperasi normal. Hanya sekitar 27 dari setiap 100 perusahaan di sektor jasa pendidikan yang masih beroperasi seperti biasa.

Sementara dilihat dari dampak Covid-19 terhadap pendapatan perusahaan, 82,29% usaha mikro besar (UMB) mengakui penurunan pendapatan, sementara untuk usaha mikro kecil (UMK) angkanya lebih tinggi yakni 84,2%.

Untuk beradaptasi, 15 dari setiap 100 perusahaan cenderung melakukan diversifikasi usaha selama pandemi. Tiga sektor dengan persentase tertinggi untuk diversifikasi usaha adalah industri pengolahan sebesar 21,97%, akomodasi dan makan minum sebesar 19,88%, serta perdagangan dan reparasi kendaraan 16,71%. Bahkan, 5 dari setiap 100 perusahaan menempuh upaya untuk beralih ke sektor yang berbeda dan bergerak ke sektor yang baru.

Sekitar 19% pelaku usaha memperkirakan hanya mampu bertahan maksimal hingga 3 bulan. Sementara 45% pelaku usaha yang melakukan diversifikasi usaha tetap optimis perusahaannya mampu bertahan lebih dari 3 bulan. Dan 8 dari setiap 10 perusahaan optimis dapat pulih maksimal 6 bulan ke depan.(*/tim redaksi 08 & 09/Safarudin/Indra)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Pabrik Tekstil Terbesar di Indonesia

Peta Persaingan Bisnis Mie Instan di Indonesia

Jumlah Perusahaan Industri Kosmetik Bertambah, Persaingan Makin Seru