Market Size Industri Ritel di Indonesia Rp 4.306 Triliun
Dengan jumlah penduduk lebih kurang 252 juta jiwa, Indonesia merupakan pasar yang besar untuk industri ritel. Betapa tidak, nilai pasar (market size) industri ritel di Indonesia diperkirakan mencapai US$ 326 miliar atau senilai Rp 4.306 triliun tahun ini, menurut data lembaga riset AT Kearney. Tingginya nilai pasar industri ritel di Indonesia ditopang pertumbuhan konsumen kelas menengah, meski perekonomian nasional sedang mengalami perlambatan.
Dalam Indeks Pembangunan Ritel Global (GRDI) 2015 yang dirilis AT Kearney, pertumbuhan industri ritel di Indonesia berada di peringkat 12 dunia. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia dalam indeks sejak 2001.
Pertumbuhan industri ritel di Indonesia tumbuh 14,5% pada tahun lalu dan diperkirakan masih dapat mencatat pertumbuhan yang sama di tahun ini. Peringkat GRDI meliputi 30 besar negara-negara berkembang dalam investasi ritel di seluruh dunia. Indeks menganalisis 25 variabel makroekonomi dan ritel khusus untuk membantu menyusun strategi global dalam mengidentifikasi peluang investasi pasar.
AT Karney menyebutkan peringkat Indonesia dibantu prospek positif perekonomian. Pertumbuhan PDB Indonesia diperkirakan akan rebound setelah mencapai angka terendah dalam lima tahun pada awal 2015, dan melebihi pasar regional lainnya ke depan.
“Temuan ini mengkonfirmasi optimisme GRDI jangka menengah di Indonesia dan dunia ritel terkemuka melihat potensi negara ini. Kelas menengah tumbuh, ditambah dengan konsumen dari berbagai format dan saluran menjadi pertanda baik bagi pertumbuhan Indonesia di masa depan,” kata Presiden Direktur AT Kearney Indonesia John Kurtz dalam keterangan tertulis.
“Semua mata tertuju pada indeks seperti ini untuk menentukan apakah Indonesia akhirnya akan jatuh tempo menjadi pasar yang semua orang harapkan,” tambahnya.
Pasar ritel di Indonesia terus berkembang, dan itu memerlukan perbaikan infrastruktur dan peraturan yang lebih menguntungkan untuk membantu sektor ini tumbuh lebih lanjut.
Pada Februari 2015, pemerintah mengumumkan rencana investasi US$ 22 miliar pada proyek infrastruktur, meskipun beberapa investor skeptis karena potensi penggunaan dana yang tidak efektif. Di sisi lain, peraturan masih tetap ketat, setelah Kementerian Perdagangan baru-baru ini menegaskan pembatasan jumlah maksimum waralaba dan toko.
Minimarket Indomaret dan Alfamart lokal berencana meningkatkan jejak kaki mereka di seluruh negeri. Di segmen hypermarket, Hypermart berencana memperluas usaha di Indonesia Timur. Sementara perusahaan ekuitas swasta AS Warburg Pincus telah membentuk usaha patungan dengan Indonesia’s Nirvana Development untuk mengembangkan hypermarket di tiga kota.
Pemain global juga bergerak di industri ritel. Pendatang baru pada 2014, termasuk SPAR Internasional, American Eagle Outfitters, dan WHSmith, dan Lotte (Korea Selatan), sudah ada di segmen department store. Selain itu, 7-Eleven, Parkson, Aeon, KFC, dan Domino Pizza semuanya mengumumkan rencana ekspansi.(*)
sumber: di sini
Dalam Indeks Pembangunan Ritel Global (GRDI) 2015 yang dirilis AT Kearney, pertumbuhan industri ritel di Indonesia berada di peringkat 12 dunia. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia dalam indeks sejak 2001.
Pertumbuhan industri ritel di Indonesia tumbuh 14,5% pada tahun lalu dan diperkirakan masih dapat mencatat pertumbuhan yang sama di tahun ini. Peringkat GRDI meliputi 30 besar negara-negara berkembang dalam investasi ritel di seluruh dunia. Indeks menganalisis 25 variabel makroekonomi dan ritel khusus untuk membantu menyusun strategi global dalam mengidentifikasi peluang investasi pasar.
AT Karney menyebutkan peringkat Indonesia dibantu prospek positif perekonomian. Pertumbuhan PDB Indonesia diperkirakan akan rebound setelah mencapai angka terendah dalam lima tahun pada awal 2015, dan melebihi pasar regional lainnya ke depan.
“Temuan ini mengkonfirmasi optimisme GRDI jangka menengah di Indonesia dan dunia ritel terkemuka melihat potensi negara ini. Kelas menengah tumbuh, ditambah dengan konsumen dari berbagai format dan saluran menjadi pertanda baik bagi pertumbuhan Indonesia di masa depan,” kata Presiden Direktur AT Kearney Indonesia John Kurtz dalam keterangan tertulis.
“Semua mata tertuju pada indeks seperti ini untuk menentukan apakah Indonesia akhirnya akan jatuh tempo menjadi pasar yang semua orang harapkan,” tambahnya.
Pasar ritel di Indonesia terus berkembang, dan itu memerlukan perbaikan infrastruktur dan peraturan yang lebih menguntungkan untuk membantu sektor ini tumbuh lebih lanjut.
Pada Februari 2015, pemerintah mengumumkan rencana investasi US$ 22 miliar pada proyek infrastruktur, meskipun beberapa investor skeptis karena potensi penggunaan dana yang tidak efektif. Di sisi lain, peraturan masih tetap ketat, setelah Kementerian Perdagangan baru-baru ini menegaskan pembatasan jumlah maksimum waralaba dan toko.
Minimarket Indomaret dan Alfamart lokal berencana meningkatkan jejak kaki mereka di seluruh negeri. Di segmen hypermarket, Hypermart berencana memperluas usaha di Indonesia Timur. Sementara perusahaan ekuitas swasta AS Warburg Pincus telah membentuk usaha patungan dengan Indonesia’s Nirvana Development untuk mengembangkan hypermarket di tiga kota.
Pemain global juga bergerak di industri ritel. Pendatang baru pada 2014, termasuk SPAR Internasional, American Eagle Outfitters, dan WHSmith, dan Lotte (Korea Selatan), sudah ada di segmen department store. Selain itu, 7-Eleven, Parkson, Aeon, KFC, dan Domino Pizza semuanya mengumumkan rencana ekspansi.(*)
sumber: di sini
Komentar
Posting Komentar